Beberapa bulan yang lalu, gue bareng temen-temen kos nonton film horror di Buah Batu Square, sebuah mall kecil milik CT. Kebetulan tempatnya sangat deket dengan tempat tinggal kami. Naik motor 5 menit juga udah sampe di mall. Mallnya gak terlalu gede. Juga gak terlalu kecil. Sedeng-sedeng aja sih. Mall nya juga bukan dengan nama keren, yaitu: Transmart 😂😁.
Pada awalnya gue ngajakin mereka ke sana bukan karena pengen nonton film horror. Aduh gue lupa namanya. Yang jelas bukan film horror. terjadilah perdebatan. Kami berlima, dan hanya gue yang gak mau nonton film horror. Ugh, let's deal with it. Karena udah sampe juga di depan mba-mba XXI yang udah nanya mau nonton apa, dari pada ribet dan menggangu suasana XXI karena ribut-ribut mau nonton film, yaudah gas aja deh.
Film yang kami tonton adalah Dreadout. Mungkin lo gak asing denger nama film ini. Yeah, if guess it's from a game. Film ini di angkat salah dari salah satu game karya anak bangsa dengan nama yang sama. Kebetulan gue pernah mainin game tersebut saat SMA dan okelah gue coba nonton. Gue agak skeptis. Skeptis karena biasanya film yang diangkat dari sebuah game biasanya sucks. Let's say film Tomb Raider. Gue udah nonton beberapa filmnya dan kurang kerasa aura Lara Croftnya. Dan masih banyak lagi film-film yang akan datang dengan kisah yang di angkat dari sebuah game. Salah dua film yang gue tunggu adalah film yang berdasarkan game; Tom Clancy's The Division dan Uncharted.
Sembari nonton film, pikiran gue kemana. Bukan karena takut film horror. I'm not gonna lie, horror film is not for me. The jumpscare is mess up. And gue gak dapat entertainment apapun dengan menonton film horror. You know, ngeliat setan ngelakuin hal-hal buruk/aneh gak masuk akal. Hell no. Gue lebih baik nonton thriller. Tapi, kenapa film Indonesia sangat laku, ya? itulah yang ada di pikiran gue. So this is my though and research about film horror. Jika kalian punya alasan sendiri, feel free to comment below.
First thing first, gue bahas film horror zaman sekarang. Why? karena film horror zaman dulu sangat sampah. Mereka bermodalan adegan-adegan gravure untuk menaril konsumen bukan setan/jin yang sebagai niche ini.
1. Pasar Film Indonesia Meningkat Positif
Let's a look at the bigger picture. Belakangan ini industri perfilman Indonesia kian meningkat positif. Jika kita lihat data katadata.co.id. Film zaman sekarang 2017 ke atas sudah ada beberapa film yang tembus lebih dari 5 juta penonton. Hal tersebut menimbulan sebuah setimen di masyarakat bahwa industri film kita sudah lebih baik dari sebelumnya. Yang dimana film horror terkena dampak positif ini sehingga banyak masyarakat untuk tertarik nonton film horror terutama karya anak bangsa.
Berdasakaran data yang gue himpun dari finroll.com, pada tahun 2017 ada 5 film dengan penonton lebih dari 1 dari juta penonton, yaitu;Pengabdi Setan (4.206.103); Danur: I Can See Ghosts (2.736.157); Jailangkung (2.550.271); Mata Batin (1.282.557); The Doll 2 (1.226.864). Kemudian tahun 2018, ada 7 film yang sukses meraih 1 juta penonton lebih, yakni; Suzzanna: Bernapas dalam Kubur (3.343.661); Danur 2: Maddah (2.572.672); Asih (1.714.798); Jailangkung 2 (1.498.635); Sabrina (1.337.510); Kuntilanak (1.236.000), Sebelum Iblis Menjemput (1.122.187).
Why this happen? lanjut di alasan kedua
2. Quality Over Gravure
Dulu-dulu sekali, film horror di Indonesia sangat tergantung sekali dengan konten gravure di dalam filmnya. But, the reality has changed. Berkat industri perfilman Indonesia yang sudah maju, produser film tidak bisa akan survive jika hanya mengandalkan hal tersebut. Mereka harus berputar strategi. Mereka harus berfikir kreatif dan inovatif.
Selain menghilangkan konten gravure, mereka juga harus melakukan pembaruan. Salah duanya adalah make up dan cerita. First make up, film horror zaman dulu itu penampilannya aneh banget. Gak serem. Malah kaya badut. Mukanya di kasih senter lah, matanya nyala lah dan masih banyak lagi. Gue kalo ngeliat gitu bukanya takut malah pengennya ngasih recehan. Kedua adalah cerita mereka. Produser harus meninggalkan formula lama dan menggunakan formula cerita yang baru. Menyajikan konten yang fresh dan berkesinabungan yang menimbulkan efek pensaran adalah formula yang baik untuk film. Tidak hanya film horror, tapi semua film.
3. Akses Informasi Sangat Mudah
Dulu pengen nonton film apapun sangat sangat susah. Apalagi untuk daerah pinggiran kota ataupun perdesaan. Mereka harus pergi ke tengah kota, masuk ke dalam mall hanya untuk menonton film. Saat ini tidak lagi, sudah banyak sekali mall-mall kecil yang terletak di pinggiran kota.
Kemudian, untuk mencari informasi mengenai filmnya pun sangat mudah didapatkan. Kita tinggal ngomong "Hello google, apa film horror yang sedang rilis" dan dengan tiba-tiba hp lo membuka chrome dan muncul list film yang sedang tayang. Juga mencari film yang sedang happening saat ini sangat mudah. Tinggal buka youtube.com, pilih menu trending.
4. Ajang Uji Nyali Bareng Temen
Selain ikut wahan histeria, ini bisa jadi salah satu media untuk melakukan uji diri sendiri dan temen-temen lo. Biasanya uji nyali gak dilakukan sendiri. Unless temen-temen lo lagi sibuk dengan kerjaannya sehingga gak bisa ikut nemenin lo nonton. Then, guess what? Ketika seseorang mengajak temananya untuk uji nyali, mereka mendapatkan peningkatan penjualan tiket. Yang menandakan Film tersebut laku. Tak heran jika film seperti romance dan horror sangat laku karena kalau nonton sendiri kurang seru.
That's wrap all my though and research, kenapa film horror laku. In then end of the day, semua itu tergantung selera tiap individu. Kalau lo punya alasan sendiri, let me know by commenting below. Bye.
0 komentar