Sekarang pertengahan bulan Januari, tandanya gue harus masuk kuliah lagi. Liburan yang gak kerasa. Sebenernya liburan gue itu 2 minggu doang kayak jenjang pendidikan wajib cuman karena gue vokasi yang jadwal UAS-nya sedikti jadi liburannya gue ke-extend jadi sebulan. Mantap!
Btw, gue gak mau ngomogin liburan dulu, soalnya bikin gue mager kuliah. Di sini gue mau cerita suatu hal yang udah sering kita temui sebelumnya gak hanya di jenjang perkuliahan aja tapi di jenjang pendidikan wajib juga kita sering menemui hal ini.
Hal ini bermula saat perkuliahan awal mata kuliah Proyek Tingkat di hari pertama masuk kuliah. FYI, matkul proyek tingkat itu adalah matkul wajib yang harus kita ambil karena di matkul ini semua yang gue pelajari di Semester 1 dan yang gue akan pelajari di semester 2 akan di implementasikan di matkul. Tugas dari proyek ini adalah kelompok yang nantinya gue dan kelompok bakalan gue buat aplikasi web dengan jangkat waktu 1 semester yang gak sampe 5 bulan. Kalo temen-temen ga tau aplikasi web, secara dasarnya kita bakalan ngebuat website.
Udah,Cukup informasi mengenai matkul gue ini, kita balik lagi ke topik yang bakal gue omongin. Semua dimulai saat bapak dosen ngejelasi perihal penting soal tugas ini. Dosen gue ngejelasin bahwa dalam pemilihan anggota kelompok kita dikasih kebebasan untuk siapa aja yang mau kita jadikan temen sekelompok. Sontak seteleh dosen ngomong gitu, temen-temen gue yang lain lansung masang muka senyum-senyum pepsodent dan dilanjuti dengan berbisik ke temen terdekatnya. Setidaknya itulah yang gue lakuin terhadap temen gue Fathih untuk ngajak satu kelompok di matkul ini. Di sisi lain ada temen gue yang gak melakukan respons yang sama setelah mendengar hal tersebut. Gue gak tau kenapa tapi disinilah konflik.
***
Selang beberapa hari, notifikasi Line gue dari grup tiba-tiba membludak 250 chat lebih. Setelah gue check dengan setengah hati karena gue orangnya males buka grup, ternyata temen-temen gue lagi ngomong masalah pembagian kelompok soal tugas tadi. Timbullah 2 kubu, kubu kanan yang pengennya diacak termasuk gue di dalamnya dan kubu kiri yang lebih memihak untuk milihsendiri. Karena ada perbedaan paham, muncullah perdebatan di kedua kubu tersebut. pihak diacak beragumen bahwa kelompok mending diacak supaya ada rasa demokrasi dan keadilan. Untuk kubu milihsendiri berpandapat lebih baik milih sendiri karena katanya pressure dari tugas ini berat. Karena perdebatan yang terus berlanjut, KM - sebutan untuk ketua kelas, memilih jalan diplomatis yaitu dengan voting.
Manakah yang benar?
Honestly, gak ada yang benar dan yang salah ini semua cuman perbedaan pendapat dan persepsi aja. Tapi di sisi lain benar dan salah, ada aspek sosial yang harus kita pertimbangkan juga, yaitu sisi sosial. gue merasa kalau millihsendiri pasti ada yang dapet group sisain. Itu gue suka kasian sama orang kaya gitu. Ada rasa iba karena harus bergabung dengan orang yang bisa jadi gak mau nerima dia. Banyangin aja kalau lu diposisi dia, rasain hal yang dia rasakan, dijauhi dan sendiri secara gak lansung itu bisa jadi bullying. Dan juga menurut gue milihsendiri bikin lu gak berkembang karena lu tetep bermain di zona nyaman lu itu dengan orang yang sama terus menurus.
Inilah mental pelajar yang harus di ubah, keluar dari zona nyamannya, explore hal yang baru supaya bisa berkembang.
3 komentar
Menurut saya berkubu itu adalah sesuatu yang wajar, karena setiap orang selalu mencari kesamaan dengan orang lain, makanya ada istilah Kubu A / Geng A.
BalasHapustapi terkadangan, kita tidak memikirkan orang yang tidak punya kubu, apa perasaan mereka? pasti sedih merasa dikucilkan dll. nah, untuk kesamaan emang ga ada yang namnya bhinneka tunggal ika
Hapus"Inilah mental pelajar yang harus di ubah, keluar dari zona nyamannya, explore hal yang baru supaya bisa berkembang."
BalasHapus(y)