Menjadi Minimalis

  • Februari 16, 2020
  • By Nur Muhammad Luthfi
  • 0 Comments

Pernah suatu hari gue ditanya:

"Lut, kenapa baju lo itu-itu aja?".
"Lut kok lu tema bajunya monochrome aja?!".
"Lo gak punya baju lain ya?".

Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang bikin gue kesel/gedek kalo ditanya-tanya. Biasanya pertanyaan-pertanyaan itu yang sering ditanya ketika gue baru punya temen baru atau kenalan baru. 

Jadi, tahun 2019 gue baru aja selesai nonton film tentang minimalism. Sebuah film orisinil Netflix yang bercerita tentang minialisme. Ya iyalah, gimana sih!!!. Mungkin yang belum tahu tentang minimalisme, minimalisme bagi gue adalah menjalankan hidup to the fullest dengan barang-barang ataupun hal apapun itu sedikit mungkin tapi berkualitas. Intinya lo hidup dengan barang sedikit mungkin tapi hasilnya maksimal. So let's begin!

Selama gue menjalani kehidupan minimalis ini, banyak yang salah kaprah. Entah kenapa banyak orang berfikir bahwa hidup minilisme itu bener-bener minimalis, seperti ruangan kosong. Padahal kalo berdasarkan definisi gue, itu bener-bener salah. Kalo gue ditanya, gue punya berapa smartphone berapa, gue punya 2. Kalo kita berfikir dengan cara orang-orang, itu sudah melanggar prinsip minimalisme. Tapi bagi gue enggak. Balik lagi, kalo barang-barang itu dapat memberikan dampak positif dalam aspek apapun, berarti barang itu memiliki value buat lo dan itu sah-sah aja. Malahan itulah arti dari minimalisme.

Kenapa gue mulai hidup minimalisme?

white wooden table near brown chair

Jadi gini, dulu hidup gue bener-bener messup. Kamar gue berantakan, lemari baju gue berantakan. Ntah kenapa hal-hal tersebut nguras waktu dan pikiran gue. Setelah gue nonton film itu, gue coba beberapa hal yang ada di film tersebut. Gue coba rapihin setiap sudut rumah dan kos gue. Gue bebenah baju, gue pulangin pakaian yang udah gak layak dipakai. Gue beli pakaian dengan model yang berbeda tapi dengan tema yang sama. 

Setelah sekian lama gue coba, gue bener-bener merasa lebih baik gitu aja. Gue juga binggung kenapa bisa. Gue less distracable. Gue gak butuh waktu 10 menit lebih untuk pilih pakian yang mau gue pake. Gue merasa lebih baik. Kemana-kemana bener-bener santuy, gak peduli kata orang apa. Bodo amat. 

Gaya hidup minimalisme juga mengajarkan kita banyak prinsip hidup. Pertama untuk lebih peduil untuk hal-hal yang penting untuk kehidupan kita. Bukan bermaksud egois. Tapi itulah kenyataannya. Gak semua hal bisa kita selesaikan. Bagi gue, setiap manusia pasti mempunyai pos dan peran masing-masing dalam kehidupan. Selanjutnya untuk lebih iklas, mengiklaskan barang sama susahnya mengiklaskan doi. Ya begitulah. Memang di awal-awal untuk mencoba iklas itu sangat susah. Namanya juga langkah pertama. Tapi, sekalinya lo coba, sekali aja itu rasanya bener-bener plong gitu. Lega di hati dan lega di fikiran. 

Kalau lu pengen coba hidup seperti ini, jujur saja, di awal memang sangat berat. Lu harus punya motivasi yang kuat dan mindset yang bener. Gue saranin untuk coba nonton film Minalism di Netflix atau membaca buku tentang minimalisme "Goodbye, Things: Hidup Minimalis ala Orang Jepang - Fumio Sazaki". Selamat mencoba!

You Might Also Like

0 komentar